Fenilketonuria
Penyakit Fenilketonuria (PKU: phenylketonuria), bila tidak diobati
akan menimbulkan reterdasi mental yang parah pada bayi. Dasar
biokimia PKU sudah dikenal lebih dari 30 tahun. Penyakit ini
ditentukan secara genetik dan terjadi akibat defisiensi atau tidak
adanya enzim yang mengubah asam amino fenilalamin menjadi asam amono
tirosin. Keadaan ini selanjutnya menyebabkan kenaikan kadar
fenilalanin dalam darah yang menimbulkan kerusakan pada sistem syaraf
pusat yang sedang berkembang itu.
Setelah sifat lesi biokimia pada penyakit PKU terungkap, tindakan
rasional untuk mengobati penyakit tersebut adalah menerapkan diet
rendah fenilalamin pada bayi yang menderitanya. Dengan tersedianya
tes skrining biokomiawi untuk menegakkan diagnisis PKU pada saat
lahir maka terapi yang efektif dapat segera dimulai.
Konsekuensi utama pada keadaan hiperfenilalanemia
tipe I (fenilketonuria klasik atau PKU) adalah reterdasi mental.
Gejala klinik tambahan mencakup serangan kejang, psikosis, ekzema dan
bau seperti tikus. Intevensi diet yang tepat dapat mengatasi gejala
reterdasi mental. Pada PKU klasik, yaitu kelainan bawaan dengan
frekuensi sekitar 1:10.000 kelahiran hidup, kadar komponen I enzim
fenilalanin hidroksilase hati akan berkisar ± 25%
nilai normal, dan hidroksilase menjadi tidak sensitif terhadap
pengaturan oleh fenilalanin menjadi tirosin, katabolit alternatif
akan diprosuksi. Katabolit ini adalah asam venilpurivat dan asam
fenillaktat. Banyak fenilasetat dieksresikan sebagai
fenasetilglutamin. Reterdasi mental pada anak-anak yang menderita
fenilketonuria dapat dicegah dengan diet rendah fenilalanin. Diet ini
dapat dihentikan pada usia 6 tahun ketika konsentrasi fenilalanin dan
derivatnya yang tinggi tidak lagi mencederai otak.
Pemeriksaan skrining terhadap bayi baru lahir
untuk menemukan PKU kini sudah menjadi pemeriksaan wajib di negara
maju. Hanya kadar fenilalanin plasma sebesar 20 µL yang dapat
diukur. Namun demikian, mengingat asupan protein dari makanan rendah,
kadar fenilalanin darah yang tinggi tidak mungkin terjadi sampai usia
3 atau 4 tahun. Hasil false-positif dapat pula ditemukan pada bayi
prematur akibat terlambatnya maturasi enzim pada katabolisme
fenilalanin. Tes skrining yang bermanfaat sekalipun kurang diandalkan
bergantung pada hasil deteksi kenaikan kadar fenilpirufat dalam urin
dengan menggunakan feri klorida.
Pemberian fenilalanin kepada penderita
fenilketonuria telah menimbulkan peningkatan kadar asam amino ini
dalam waktu yang lama di dalam darah. Karena toleransi terhadap
fenilalanin dan kadar fenilalanin puasa yang tinggi juga menandai
para orang tua penderita PKU, maka defek genetik yang menyebabakan
PKU dapat dideteksi pada orang-orang heterozygous dengan fenotipe
yang normal.
Defisiensi Enzim dalam Lintasan Galaktosa Menyebabkan Galaktosemia
Ketidakmampuan untuk metabolisasi galaktosa terjadi pada penderita
galaktisemia yang dapat disebabkan oleh defek bawaan pada enzim
galaktokinase, uridil transferase atau 4-epimerse, sekalipun
efisiensi uridil transferase merupakan keadaan yang paling dikenal.
Galaktosa, yang meningkat kadarnya di dalam darah, direduksi oleh
enzim aldosa reduktase didalam mata menjadi poliol (galaktitol)
sehingga terjadi penumpukkan senyawa ini yang mengakibatkan katarak.
Keadaan umum penderita menjadi lebih berat bila peristiwa ini
disebabkan oleh defek pada enzim uridil transferase, karena galaktosa
1-fosfat akan bertumpuk dan menghabiskan fosfat anorganik didalam
hepar.
Akhirnya, kegagalan hepar dan gangguan jiwa akan
terjadi pada pasien ini. Namun demikian, pada defisiensi uridril
transferase, enzim epimerase terdapat dalam jumlah yang cukup sehngga
penderita galaktosemia tersebut masih dapat membentuk UDPGal dari
glukosa. Hal ini menerangkan mengapa anak-anak yang menderita
kelainan bawaan tersebut masih dapat tumbuh dan berkembang secara
normal kendati tidak menjalani diet tanpa galaktosa untuk
mengendalikan gejala penyakit tersebut.
Beberapa kelainan genetik yang hanya menimbulkan
penurunan aktivitas enzim tranferase tetapi tidak mengakibatkan
defisiensi total enzim. Karena enzim tersebut terdapat dalam jumlah
yang berlipat, penurunan aktifitasnya hingga mencapai 50% atau bahkan
kurang tidak menimbulkan kelainan klinis, yang manifestasi kelainan
itu sendiri hanya terjadi pada homozigot. Epimerase ditemukan dengan
jumlah yang kurang didalam eritrosit, tetapi terdapat dengan jumlah
yang memadai di dalam hepar serta ditempat lain, keadaan yang ketiga
ini tampak tidak memberikan gejala (asimtomatik).
Alkaptonuria
Penyakit metabolik bawaan ini ditemukan pada awal
abad ke-16 dan dikenal pada tahun 1859, membentuk landasan bagi
gagasan klasik Garrod mengenai kelainan metabolik bawaan. Manifestasi
yang paling mencolok adalah perubahan warna urine yang menjadi gelap
kalau didiamkan. Pada stadium lanjut penyakit ini akan menjadi
pigmentasi yang menyeluruh pada jaringan ikat (okronosis) dan suatu
bentuk artritias. Okronosis terjadi akibat oksidasi homogentisat oleh
enzim pholipenol oksidase sehingga terbentuk benzokuinon asetat yang
akan mengalami polimerasi dan terikat pada makro molekul jaringan
ikat. Defek metaboliknya berupa defisiensi enzim homogentisat
oksidase. Homogen tisat dalam urin akan teroksidasi oleh oksigen
dalam udara menjadi peigmen yang berwarna hitam kecoklatan. Terdapat
lebih dari 600 kasus traitautosoma resesif ini yang telah dilaporkan.
Insidaen yang diperkirakan adalah 2-5/juta kelahiran hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik Dan Saranya Yaaaa