A. DEFINISI
Down syndrome adalah
suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom (da Cuncha,
1992). Keadaan yang paling sering terjadi pada Down syndrom adalah
terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21) Kromosom ini terbentuk akibat
kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan
Down syndrome merupakan
kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21),
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk
saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (www.medicastore.com)
Down syndrome adalah
suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini
terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan
diri saat terjadi pembelahan (www.sabah.org)
B. ETIOLOGI
Kelainan kromosom terletak pada kromosom 21 dan 15 dengan kemungkinan
penyababnya ialah :
1. Non
disjunction sewaktu osteogenesis (trisomi).
2. Tranlokasi
kromosom 21 dan 15.
3. Postzigotik
non disjuction.
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya kelainan
kromosom adalah:
1) Umur
ibu: biasanya pada ibu yang berumur lebih dari 30 tahun. Mungkin
karena suatu ketidak seimbangan hormonal. Umur ayah tidak
berpengaruh.
2) Kelainan
kehamilan.
3) Kelainan
endokrin pada ibu: pada usia tua dapat terjadi infertilitas relatif
kelainan tiroid atau ovarium.
C. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat Down syndrome dapat
bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal
sampai muncul tanda yang khas. Tanda yang paling khas pada anak yang
menderita Down Syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan
fisik dan mental pada anak (Olds, London, & Ladewing, 1996).
Penderita sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang
menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal
(microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang
mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali
mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan
(epicanthal folds).
Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek
termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua
baik pada tangan maupun kaki melebar. Sementara itu lapisan kulit
biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga
bisa menyebakan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang
lain. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart
Disease. Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi
dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui
kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau
duodenum (duodenal atresia). Apabila anak sudah mengalami sumbatan
pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah.
Manifestasi
klinik dari down syndrome yang lainya adalah seperti:
1. Defek
jantung (mis. Defek septum atrium atau ventrikel, tetralogi
fallot)-40% pasien.
2. Malformasi
gastrointestinal (mis. Stenosis pilorik, atresia duodenal, fistula
trakeosofagus)-12%.
3. Hipotiroidisme – 10% sampai 20 % pasien.
4. Defek
visual – kesalahan refraktif (70%), strabismus (50 %) nistagmus
(35%), katarak (3%).
5. Defek
pendengaran (60%-90% pasien) – penurunan pendengaran konduktif
ringan sampai sedang,infeksi telingah tengah kronid, pembesaran
adenoid, apnea tidur.
6. Hipotonia bayi.
7. Atlanto-
oksipital dan subluksasio atlanto – aksial (dislokasi medulla
spinalis atas yang disebabkan oleh kelemahan sendi) – 15% pasien.
8. Abnormalitas cara berjalan – 15% pasien.
9. Tubuh pendek 100% pasien.
10. Kegemukan – 50% pasien.
11. Maloklusi – 60% sampai 100% pasien.
12. Retardasi
mental (ringan sampai sedang)- 100% pasien.
D. KOMPLIKASI
1) Sakit
jantung berlubang (mis: Defek septum atrium atau ventrikel, tetralogi
fallot)
2) Mudah
mendapat selesema, radang tenggorok, radang paru-paru
3) Kurang
pendengaran
4) Lambat/bermasalah
dalam berbicara
5) Penglihatan
kurang jelas
6) Retardasi
mental
7) Leukemia
E.
PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif
untuk mengatasi kelainan ini. Dengan demikian penatalaksanaan
dioptimalkan untuk meminimalkan dampak yang dapat terjadi pada
penderita serta memberikan dukungan yang dapat memungkinkan penderita
dapat tumbuh dan berkembang serta mampu bersosialisasi dengan baik.
Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat
mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun
kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-oot yang lemah. Dengan
demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang
cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang
sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun
mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk
mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar
penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada
jantung tersebut. Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita
semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan
monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
Pemeriksaan diagnostik
Diagnosa down syndrome dapat ditegakan ketika masih berada dalam
kandungan dan tes pentaringan biasanya di lakukan pada wanita hamil
yang berusia diatas 35 tahun.kadar alfa-fetoprotein yang
rendahdi dalam darah ibu menunjukkan resiko tinggi terjadinyadown
syndrome pada janin yang dikandungnya. Dengan pemeriksaan USG bisa
diketahui adanya kelainan fisik pada janin. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan diagnosa dan pemeriksaan fisik. Dengan stetoskop akan
terdengar murmur (bunyi jantung tambahan)
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa
pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
a. Pemeriksaan
fisik penderita
b. Pemeriksaan
kromosom
c. Ultrasonograpgy
d. ECG,
Echocardiogram
e. Pemeriksaan
darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
F. PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu
hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka
yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau
perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak
dengan Down syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah,
karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosum 21 yang harusnya hanya 2
menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti. Yang dapat
disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi
risiko untuk terjadinya DS. Diagnosis dalam
kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom
dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada
plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis
(pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.
G. PROGNOSIS
Anak-anak dengan down syndrome memiliki resiko tinggi kelainan
jantung dan leukemia. Jika terdapat kedua penyakit tersebut maka
harapan hidupnya berkurang, jika kedua penyakit itu tidak ditemukan
maka anak bisa bertahan sampai dewasa. Beberapa down syndrome
mengalami hal-hal berikut:
1. gangguan
tiroid
2. ganguan
pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
3. ganguan
penglihatan karena ada ganguan pada retina dan kornea.
4. pada
usia 30 tahun menderita demensia (berupa hilang ingatan, penuruna
kecerasan perubahan keperibadian)
Bisa terjadi kematian dini, meskipun banyak juga penderita yang
berumur panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik Dan Saranya Yaaaa