Etiologi:
1) Faktor genetic
Penderita
diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu
yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe
1 meningkat 3 hingga 5 kali lipat pada individu yang memiliki salah
satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti
adanya suatu respon autoimun. Hal ini merupakan respon abnormal
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans
dan insulin endogen atau internal terdeteksi pada saat diagnosis
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis
diabetes tipe 1.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu
destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
Patofisiologi:
Dalam proses metabolisme, insulin
memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa
kedalam sel. Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta
dipankreas. Pancreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang
lambung. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang disebut pulau-pulau
langerhans yang berisi sel beta. Sel beta mengeluarkan hormone
insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain sel beta ada juga
sel alfa yang memproduksi glukagon. Yang bekerja sebaliknya dengan
insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel deta
yang mengeluarkan somastostatin.
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci
untuk membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian
didalam sel, glukosa itu dimetaboliskan menjadi tenaga.Insulin pada
DM tipe 1 tidak ada disebabkan karena pada jenis ini timbul reaksi
autoimun disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitas.
Ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA
(Islet Cell Antibody). Reaksi antigen(sel beta) dengan antibody (ICA)
yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
Hancurnya sel-sel beta karena proses
autoimun menyebabkan glukosa yang berasal dari tanaman tidak dapat
disimpan di dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut diekskresikan dalam urine (glukosuria). Ekskresi ini akan
disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Pasien mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi).
Gejala Klinis:
Gejala Klinis
Gejala yang lazim
terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
a.
Glikosuria (kehilangan glukosa dalam
urine)
Hal ini dikarenakan ambang ginjal untuk
mereabsorbsi glukosa membesar.
b.
Poliuri
(banyak kencing)
Hal ini disebabkan
oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana
gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
c.
Polidipsi
(banyak minum)
Hal ini disebabkan
pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga darah mengaktivasi pusat
haus di hipotalamus untuk mengimbangi
klien lebih banyak minum.
d.
Polipagi
(banyak makan)
Hal ini disebabkan
karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
e.
Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah
dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal lemak sebagai sumber
energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
f.
Berat
badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
walaupun banyak makan akan tetap kurus
g.
Mata
kabur
Hal ini disebabkan
oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
Asuhan Keperawatan:
1.
Identitas klien
No. Rekam Medis, Nama Klien, waktu pengkajian, umur klien, jenis kelamin, bahasa yang dimengerti, nama Orangtua/wali klien dan penanggung jawab.
2.
Keluhan utama
a.
Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong
penderita untuk masuk RS.
DS yg
mungkin timbul :
-
Klien mengeluh sering kesemutan.
-
Klien mengeluh sering buang air kecil saat
malam hari
-
Klien mengeluh sering merasa haus
-
Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang
berlebihan (polifagia)
-
Klien mengeluh merasa lemah
-
Klien mengeluh pandangannya kabur
DO :
-
Klien tampak lemas.
-
Terjadi penurunan berat badan
-
Tonus otot menurun
-
Terjadi atropi otot
-
Kulit dan membrane mukosa tampak kering
-
Tampak adanya luka ganggren
-
Tampak adanya pernapasan yang cepat dan
dalam
b.
Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat
ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan
respon verbal klien.
c.
Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
ü
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam
posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.
Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/
tinggi/ hipertensi.
ü
Pulse rate
ü
Respiratory rate
ü
Suhu
d.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini
biasanya didapatkan :
·
Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak
kering, tampak adanya atropi otot, adanya luka ganggren, tampak
pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan
pandangan.
·
Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot
menuru.
·
Auskultasi : adanya peningkatan tekanan
darah.
e.
Pemeriksaan penunjang
a)
Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b)
Aseton plasma (keton) : positif secara
mencolok
c)
Asam lemak bebas : kadar lipid dan
kolesterol meningkat
d)
Osmolalitas serum : meningkat tetapi
biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e)
Elektrolit :
· Natrium : mungkin
normal, meningkat, atau menurun
· Kalium : normal
atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
· Fosfor : lebih
sering menurun
f)
Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat
2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat
bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus
DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g)
Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH
rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
h)
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (
dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon
terhadap stress atau infeksi.
i)
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau
normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
j)
Amilase darah : mungkin meningkat yang
mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k)
Insulin darah : mungkin menurun / atau
bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi (
pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan
dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l)
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan
aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
m)
Urine : gula dan aseton positif : berat
jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n)
Kultur dan sensitivitas : kemungkinan
adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi
pada luka.
3.
Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
Klien dengan keluhan sering lemas,
sering sangat merasa haus (polidipsia) dan mengeluarkan urine encer
dengan osmolaritas rendah dalam jumlah yang besar (poliuria).
4.
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan
Sebelumnya
Berapa lama klien
menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
5.
Riwayat pertumbuhan
IMT, lingkar lengan dan lingkar paha
dibawah hitung normal.
6.
Riwayat social
Melingkupi orang yang mengasuh klien
sejak kecil, bagaimana hubungan klien dengan anggota keluarga maupun
teman sebayanya.
7.
Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada dari anggota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien. Apakah ada dari
keluarga klien yang memiliki penyakit keturunan lainnya. Juga
melingkupi genogram, keadaan sosial ekonomi dan keadaan lingkungan
sekitar klien.
Hal-hal yang bisa didapatkan dari
pemeriksaan pada pasien dengan diabetes mellitus.
a)
Pemeliharaan dan persepsi tentang kesehatan
Melingkupi argumen klien tentang sehat
dan sakit, pendapat klien mengenai penyebab penyakitnya dan cara
pemeliharaan kesehatan.
b)
Nutrisi
Klien dengan diabetes mellitus tipe 1
biasanya mengalami penurunan berat badan akibat berkuranganya cairan
tubuh karena dieresis osmotic, protein dan lemak juga berkurang
karena dipecah sebagai sumber energy bagi sel tubuh.
c)
Cairan
Terjadi defisit cairan tubuh yang
diakibatkan oleh poliuria akibat diuresis osmotik. Klien akan banyak
minum dan banyak kencing dengan struktur kencing encer. Juga terjadi
mual muntah.
d)
Aktivitas
Letih,
lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Nyeri tekan pada abdomen.
e)
Pola tidur dan istirahat
Tidur malam terganggu akibat peningkatan
frekuensi buang air kecil karena metabolism meningkat pada malam
hari.
f)
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.
g)
Pola seksual dan reproduksi
Adanya peradangan pada daerah vagina,
serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
h)
Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
i)
Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
j)
Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
Pembengkakan perut, meringis.
k)
Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
l)
Keamanan dan kenyamanan
Kulit
rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
Diagnosa
Keperawatan:
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik (dari hiperglikemia) ditandai dengan pasien mengeluh
lemas, mengatakan sering merasa haus, kulit pasien tampak kering
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan cairan/elektrolit dan
keseimbangan asam basa dapat terpenuhi dengan kriteria hasil ;
tekanan darah stabil, RR dalam batas normal, suhu tubuh pasien
normal, nadi teraba, turgor kulit, haluaran urine tepat secara
individu.
Tindakan/ intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1. Pantau
tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah
ortestatik.
2. Kaji
pola napas seperti adanya pernapasan Kussmaul atau pernapasan yang
berbau keton.
3. frekuensi
dan kualitas pernapasan, pengguanaan otot bantu napas, dan adanya
periode apnea dan munculnya sianosis
4. Kaji
suhu, warna kulit dan kelembabannya.
5. Kaji
nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
6. Pantau
masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
7. Ukur
berat badan setiap hari
8. Pertahankan
untuk memberikan cairan paling sedikit 2500ml/hari
9. Catat
hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan
disertasi lambung
10. Observasi
adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatana
berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya distensi pada
vaskuler.
Kolaborasi
1. Berikan
terapi sesuai dengan indikasi; normal salin atau setengah normal
salin dengan atau tanpa dektrosa. Albumin, plasma, atau dekstran.
2. Pasang
atau pertahankan kateter urine agar tetap terpasang.
3. Pantau
pemeriksaan laboratorium seperti Hematokrit (Ht), BUN/Kreatinin,
osmolaritas darah, Natrium, Kalium.
4. Berikan
kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan/atau melalui oral
sesuai indikasi.
5. Berikan
bikarbonat bila pH kurang dari 7,0.
|
Mandiri
1. Hipovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.
2. Paru-paru
mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.
3. koreksi
hiperglkemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi
pernapasan akan mendekati normal.
4. Demam
dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.
5. Merupakan
indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
6. Memberikan
perkiraan kebutuhn akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
7. Memberikan
hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memperbaiki cairan pengganti.
8. Mempertahankan
hidrasi/volume sirkulasi.
9. Kekurangan
cairan dan elektrolit dapat mengubah motilitas lambungdan secara
potensial akan menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.
10. Pemberian
cairan untuk perbaikan yang cepat sangat berpotensi menimbulkan
beban cairan
Kolaborasi
1. Tipe
dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respons pasien secara individual, plasma ekspander (pengganti)
kadang dibutuhkan jika kekurangan tersebut mengancam kehidupan
atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan
usaha-usaha rehidrasi yang telah dilakukan.
2. Memberikan
pengukuran yang tepat/akurat terhadap pengukuran haluaran urine
terutama jika neuropati otonom menimbulkan gangguan kantung kemih
(retensi urine/ inkontenensia)
3. Mengkaji
tingkat hidrasi.
4. Kalium
harus ditambahkan pada IV (segera aliran urine adekuat) untuk
mencegah hipokalemia.
5. Diberikan
dengan hati-hati untuk membantu mempebaiki asidosis pada adanya
hipotensi atau syok.
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
mastikasi ditandai dengan berat badan menurun, pasien mengeluh mual
muntah, napas berbau aseton.
Tujuan :
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi dengan kriteria hasil : tidak terjadi penurunan berat badan
sebesar 10% dari berat awal, tidak ada penurunan
nafsu makan, mual dan muntah tidak ada.
Intervensi :
a)
Pertahankan kebersihan mulut dengan baik
sebelum dan sesudah mengunyah makanan.
Rasional :
Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan
meninbulkan mual.
b)
Timbang berat badan pasien saat ia bangun
dari tidur dan setelah berkemih pertama.
Rasional : Menimbang berat badan saat baru
bangun dan setelah berkemih untuk mengetahui berat badan mula-mula
sebelum mendapatkan nutrient.
c)
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti
perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Rasional : untuk mengetahui tingkat
kebutuhan nutrisi
d)
Memberikan Health education pada keluarga
klien mengenai makanan yang harus dihindari oleh klien
Rasional : Untuk mencegah memburuknya
kondisi klien dan menjaga kadar gula darah.
Kolaborasi
a)
Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai
kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat.
Rasional : Konsultasi ini dilakukan agar
klien mendapatkan nutrisi sesuai indikasi dan kebutuhan kalorinya
b)
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula
darah.
Rasional : mengetahui
kadar gula darah dan menetukan terapi selanjutnya
c)
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Rasional
: membantu dalam mengatur metabolism karbohidrat
Diagnosa
3 : Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan energy metabolik
ditandai dengan pasien sering lemas.
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
aktivitas pasien meningkat dengan kriteria hasil :
·
TTV normal (TD: 110-120/60-90mmHg, Nadi:
60-100x/mnit, RR: 16-20x/menit, Suhu: 36,5-37,50C).
·
Pasien tidak lemas.
·
Menunjukkan adanya perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan.
TINDAKAN / INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
1. Observasi TTV tiap 8 jam
2. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
aktivitas
3. Catat laporan terhadap peningkatan kelemahan selama dan setelah
aktivitas.
4. Bantu ADL pasien.
5. Anjurkan mobilisasi secara bertahap.
|
Mandiri
1. Untuk mengetahui perkembangan pasien.
2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat
toleransi aktivitas
3. Untuk menentukan batasan intervensi
4. Untuk mendorong kemandirian pasien
5. Untuk mencegah kekakuan otot
|
4. Diagnosa : Ansietas
berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit diabetes melitus
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ... x ... menit diharapkan ansietas pasien
berkurang/ hilang
Kriteria Hasil : Pasien tidak cemas lagi/
cemas pasien berkurang, pasien tidak bertanya – tanya tentang
penyakitnya, ekspresi wajah tidak sedih
TINDAKAN / INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
1.Kaji tingkat ansietas
2.Pantau respon fisik,
3.Jelaskan tindakan/ prosedur yang akan dilakukan
4.Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap tenang
5.Berikan kesempatan psien untuk bertanya
|
Mandiri
1.Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien.
2.Untuk meningkatkan pengeluaran penyekat dan adenergik pada
daerah reseptor
3.Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan kesalahan
interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas dan
ketakutan
4.Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun
perasaan pasien diluar kontroltapi lingkungan tetap aman
5.Menambah kepercayaan pasien dan menurunkan kesalahan persepsi/
inetrpretasi informasi
|
Health Education:
a.
Diet
Anjurkan
pasien tidak mengkonsumsi karbohidrat berlebih, yang bertujuan
mencegah hiperglikemia postprandial dan glikosuria. Umumnya
karbohidrat merupakan 50% dari jumlah total kalori perhari yang
diizinkan. Karbohidrat ini juga harus dibagi rata sedemikian rupa
sehingga apa yang dimakan oleh pasien sesuai dengan kebutuhannya
sepanjang hari.
Menurut Persagi (1999), pedoman diet bagi
penderita DM dapat dilihat seperti dalam Tabel
MACAM
DIET UNTUK PENDERITA DM
Macam Diet
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
Energi (kal)
|
1100
|
1300
|
1500
|
1700
|
1900
|
2100
|
2300
|
2500
|
Protein (gr)
|
50
|
55
|
60
|
65
|
70
|
80
|
85
|
90
|
Lemak (gr)
|
30
|
35
|
40
|
45
|
50
|
55
|
65
|
65
|
Hidrataran (gr)
|
160
|
195
|
225
|
260
|
300
|
325
|
350
|
390
|
Sumber : Persagi, 1999
Diet I s/d III : diberikan kepada penderita
yang terlalu gemuk
Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita
yang mempunyai berat badan normal
Diet
VI s/d VIII : diberikan kepada penderita yang kurus, diabetes remaja
atau juvenille diabetes serta diabetes dengan komplikasi.
b.
Insulin
Klien
dan keluarga diajarkan memakai insulin yaitu tempat suntikan dipindah
setiap hari pada mengikuti pola tertentu. Penyuntikan insulin dapat
dilakukan pada:
1.
Otot deltoideus (1/3 lengan atas)
2.
Otot fatsus lateral (1/3 paha atas)
3.
Spina iliaka anterior dan posterior
4.
2-3 jari di sekitar umbilicus
c.
Exercise
Latihan
sangat penting dalam penatalaksannan diabetes karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah mengurangi dan mengurangi factor
resiko kardiovaskuler. Latihan dapat menurunkan kadar glukos adarah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki
dengan olahraga. Efek ini bermanfaat untuk mengurangi rasa stress dan
mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan akan juga mengubah kadar
lemak darah yaitu, menigkatkan kadar HDL-kolesterol dan menurunkan
kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat
penting bagi penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan resiko
untuk terkena penyakit kardio vaskuler pada diabetes.
d.
Behavioral
Untuk
menghindari peningkatan glukosa darah diperlukan kepatuhan klien
dalam menjalankan diet, pemakaian insulin serta berolahraga secara
teratur sesuai toleransi.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sloane, ethel. 2003. Anatomi
dan fisiologi untuk pemula. Jakarta :
EGC
- Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 . Jakarta : EGC.
- Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi6 Volume2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik Dan Saranya Yaaaa