A.DEFINISI
Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.
Palatoskisi
 adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh 
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
B.ETIOLOGI
FAKTOR HERIDITER
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.
1.Mutasi gen.
2.Kelainan kromosom.
FAKTOR EKSTERNAL / LINGKUNGAN :
1.Faktor usia ibu
2.Obat-obatan.
 Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, 
Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, 
Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, 
Kortikosteroid
3.Nutrisi
4.Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
5.Radiasi
6.Stres emosional
7.Trauma, (trimester pertama)
C.PATOFISIOLOGI
Kelainan
 sumbing selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit. Berbeda
 pada kelainan bibir yg terlihat jelas secara estetik, kelainan sumbing 
langit2 lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum,
 dan bicara. Pada kondisi normal, langit2 menutup rongga antara mulut 
dan hidung. Pada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada 
sehingga pada saat menelan bayi bisa tersedak.Kemampuan menghisap bayi 
juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini 
menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang dan jelas 
berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selain juga mudah 
terkena infeksi saluran nafas atas karena terbukanya palatum tidak ada 
batas antara hidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar sampai ke 
telinga.
D.MANIFESTASI KLINIS
Pada labio Skisis:
1.Distorsi pada hidung
2.Tampak sebagian atau keduanya
3.Adanya celah pada bibir
Pada palato skisis:
1.Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive
2.Adanya rongga pada hidung
3.Distorsi hidung
4.Teraba aa celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
5.Kesukaran dalam menghisap atau makan
E.KOMPLIKASI
1.Gangguan bicara dan pendengaran
2.Terjadinya otitis media
3.Asirasi
4.Distress pernafasan
5.Risisko infeksi saluran nafas
6.Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Foto rontgen
2.Pemeriksaan fisisk
3.MRI untuk evaluasi abnormal
G.PEMERIKSAAN TERAPEUTIK
1.Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan
2.Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
3.Mencegah komplikasi
4.Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
5.Pembedahan:
 pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia 
2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau 
ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan 
tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat 
dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
6.Pembedahan pada palato 
dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat 
kecacatan. Awal fasilitaspenutupan adalah untuk perkembangan bicara.
H.PENATALAKSANAAN
Pada
 bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat 
menelan bayi bisa tersedak.Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga
 bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini menyebabkan intake 
minum/makanan yg masuk menjadi kurang. Untuk membantu keadaan ini 
biasanya pada saat bayi baru lahir di pasang:
1.Pemasangan selang 
Nasogastric tube, adalah selang yang dimasukkan melalui 
hidung..berfungsi untuk memasukkan susu langsung ke dalam lambung untuk 
memenuhi intake makanan.
2.Pemasangan Obturator yang terbuat dr bahan
 akrilik yg elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih lunak, jd 
pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut bayi. Beberapa 
ahli beranggarapan obturator menghambat pertumbuhan wajah pasien, tp 
beberapa menganggap justru mengarahkan. Pada center2 cleft spt Harapan 
Kita di Jakarta dan Cleft Centre di Bandung, dilakukan pembuatan 
obturator, karena pasien rajin kontrol sehingga memungkinkan dilakukan 
penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali kontrol dan tiap
 beberapa bulan dilakukan pencetakan ulang, dibuatkan yg baru sesuai dg 
pertumbuhan pasien.
3.Pemberian dot khusus dot khusus, dot ini bisa 
dibeli di apotik2 besar. Dot ini bentuknya lebih panjang dan lubangnya 
lebih lebar daripada dot biasa; tujuannya dot yang panjang menutupi 
lubang di langit2 mulut; susu bisa langsung masuk ke kerongkongan; 
karena daya hisap bayi yang rendah, maka lubang dibuat sedikit lebih 
besar.
operasi, dengan beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Penjelasan kepada orangtuanya
2. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi(hidung), evaluasi telinga.
3. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga.
4. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi
5. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan Pharyngoplasty
6. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi)
8. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
9. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy LeFORTI
I.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Perubahan
 nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam meneteki 
ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari 
kecacatan dan pembedahan.
2.Risiko aspirasi b/d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisis
3.Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan
4.Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan perawatan dirumah
5.Nyeri b/d insisi pembedahan
J.INTERFENSI
1.Nutrisi
 yang adekuat dapat dipertahankan yang ditandai adanya peningkatan berat
 badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuai
2.Anak akan bebas dari aspirasi
3.Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi sebelum dan sesudah operasi, luka tampak bersih, kering dan tidak edema.
4.Orang
 tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan metode pemberian 
makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan, harapan perawat 
sebelum dan sesudah operasi.
5.Rasa nyaman anak dapat dipertahankan yang ditandai dengan anak tidak menangis, tidsk lsbil dan tidak gelisah.
K.IMPLEMENTASI
1.Mempertahankan nutrisi adekuat
1.Kaji kemampuan menelan dan mengisap
2.Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan lubang yang sesuai untuk pemberian minum
3.Tempatka dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah mendorong makan/minuman kedalam
4.Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan
5.Tepuk punggung bayi setiap 15ml 30ml minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi menghisap
6.Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan
7.Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa 6 jam dan pemberian infus lainnya
8.Prosedur
 perawatan setelah operasi, ranngsangan untuk menelan ata menghisap, 
dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot 
sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah toleran berikan minuman pada bayi, 
dan minuman atau makanan lunak untuk anak sesuai dengan diitnya.
2.Mencegah aspirasi dan obstruksi jalan napas
1.Kaji status pernafasan selama pemberian makan
2.Gunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada bibir
3.Perhatikan posisi bayi saat memberi makan, tegak atau setengah duduk
4.Beri makan secara perlahan
5.Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum
3.Mencegah infeksi
1.Berikan
 posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak sedikit 
tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat 
berakibat pnemonia
2.Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.
3.Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik steril
4.Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang tidak steril, misalnya alat tenun dan lainnya.
5.Perhatikan perdarahan, edema, dan drainage
6.Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu
4.Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi/anak dan perawatan dirumah
1.Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi
2.Ajarkan
 pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberian makan/minum dengan
 alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi pada saat 
pemberian makan/minum, lakukanpenepukan punggung, bersihkan mulut 
setelah makan
5.Meningkatkan rasa nyaman
1.Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan
2.Tenangkan bayi
3.Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya
4.Berikan analgetik sesuai program
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik Dan Saranya Yaaaa